Monday, September 05, 2005

Jangan abaikan cuci tangan

Cuci tangan sebaiknya dipandang sebagai suatu keharusan bahkan bagian dari penegakan disiplin dalam keluarga. Gaya hidup mencuci tangan setelah dari kamar mandi, bahkan sebelum dan sesudah makan, sebaiknya diterapkan sebagai kebiasaan hidup sehari-hari.

Kemarin virus polio, hari ini flu burung, besok entah penyakit apa lagi yang akan menyerang masyarakat kita. Virus polio yang sudah dinyatakan lenyap dari Indonesia sepuluh tahun lalu, tiba-tiba muncul kembali dan langsung menelan korban anak-anak. Pernyataan bahwa virus flu burung penyebarannya sudah teratasi di negara-negara tetangga, mendadak muncul di tengah-tengah kita.

Merebaknya berbagai kasus penyakit menular akhir-akhir ini seyogyanya menyadarkan masyarakat akan pentingnya sanitasi. Rumah yang bersih dan lingkungan yang higenis berperan dalam pencegahan penularan penyakit.

"Ada baiknya kita terlebih dulu memperhatikan kebersihan di dalam lingkungan yang lebih kecil, seperti kamar mandi pada rumah atau toilet umum di mal dan restauran," kata Charles Peter Gerba, profesor Mikrobiologi Lingkungan, dari Departemen Mikrobiologi dan Imunologi dan Ilmu Tanah, Air dan Lingkungan, University of Arizona, AS.

Penelitian yang dilakukan Gerba di sejumlah kota-kota besar di negaranya, seperti New York dan Houston, menunjukkan 15% dudukan toilet umum yang diteliti, telah tercemar oleh bakteri Coliform, suatu bakteri yang dapat menyebabkan diare.

Sementara itu beberapa jenis mikro organisme dianggap menjadi penyebab penyebaran penyakit di toilet umum. Misalnya bakteri Shigella yang terdapat di sekolah-sekolah, Salmonella yang menyebar di kafetaria, Hepatitis A di sekolah, dan Norovirus di kapal pesiar.

Dalam sejumlah kasus penyebaran penyakit diare di kapal pesiar, keberadaan Norovirus terdeteksi pada 40% permukaan toilet umum. Selain itu, penyakit yang

biasa disebut 'flu perut', yaitu sejenis keracunan makanan ringan, biasanya disebabkan oleh bakteri umum seperti Salmonella atau Staphyloccus.

Perpindahan bakteri biasanya terjadi melalui toilet umum. Kontaminasi seperti itu bisa membuat siapa pun sakit, tapi ada kelompok tertentu yang lebih rentan karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang berkembang. "Termasuk dalam kelompok ini adalah anak kecil, pasien usia lanjut, pasien immunocompromised, pasien kemoterapi kanker, perempuan hamil, dan penderita diabetes," ujar Gerba.

Pentingnya cuci tangan

Cuci tangan setelah dari kamar mandi merupakan keharusan bagi anggota keluarga. Terutama bagi anak-anak. Anak-anak sampai umur 4 tahun suka menyentuh muka, bahkan memasukkan jari-jari ke dalam mulut atau hidung sebanyak 4-5 kali dalam satu menit.

Jika tidak ditunjang dengan kebersihan tangan, hal itu dapat menyebabkan mudahnya anak terkena diare dan flu.

"Cuci tangan sebaiknya dipandang sebagai suatu keharusan bahkan bagian dari penegakan disiplin dalam keluarga. Gaya hidup mencuci tangan setelah dari kamar mandi, bahkan sebelum dan sesudah makan, sebaiknya diterapkan sebagai kebiasaan hidup sehari-hari. Budaya mencuci tangan memang terkesan hal kecil namun pengaruhnya luar biasa terhadap kesehatan Anda, terutama anak-anak Anda," jelas Gerba di Jakarta pada seminar bertajuk Kuman di Toilet Umum belum lama ini.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Sampai saat ini bahaya kontaminasi microbial di Indonesia belum terdokumentasi dengan baik. Walaupun masyarakat sudah bersikap 'sadar kuman', tapi masyarakat belum mendapatkan informasi lengkap soal itu.

Kondisi ini telah memotivasi Rentokil Initial Indonesia untuk mengadakan seminar dengan mendatangkan Profesor Gerba, langsung dari AS, yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya sanitasi dalam penggunaan toilet umum.

Upaya peningkatan kesadaran ini dianggap penting karena masyarakat umumnya sudah cukup puas bila toilet umum terlihat bersih dan berbau wangi. Padahal, penampilan bukanlah segalanya.

"Karena toilet yang bersih bukanlah sekadar harus teratur, rapi, dan bebas kotoran dan debu. Di masa kini ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa tempat-tempat yang terlihat sangat bersih sekali pun dapat menyembunyikan kotoran-kotoran berupa bakteri dan kuman yang dapat menularkan penyakit." Kata Jahja Kurniawan, Managing Director Rentokil Initial Indonesia.

Efek bersin

Hal lain yang terungkap dalam seminar tersebut adalah, selama pemakaian normal, terbentuk lapisan tipis di bawah dan di atas garis air toilet yang disebut biofilm. Lapisan ini dibentuk oleh bakteri dan menjadi tempat berkembang biak bakteri.

Setiap kali toilet disiram, suatu efek bersin (istilah yang diciptakan Rentokil karena kemiripannya dengan perilaku bersin manusia), atau kabut tipis tercipta yang menyebabkan kuman-kuman dalam bak penampungan terlempar keluar.

Walau saat disiram tutup toilet diturunkan, kuman-kuman tersebut tetap terdeteksi di udara di atas toilet, kurang lebih setinggi kepala manusia.

Kuman-kuman tersebut dapat terhirup oleh manusia, menempel di dudukan toilet, tangkai penyiram toilet, lantai ruangan toilet, dan bahkan menempel di tisu gulung.

"Setelah itu, hanya masalah waktu saja sebelum mereka menyebar ke seluruh ruangan toilet, dan apabila ada pemakai toilet yang tidak mencuci tangannya, kuman-kuman ini kemudian menyebar ke mana-mana," ungkap Hendrik Yong, Area Managing Director Rentokil South Asia.

Meninggalkan toilet tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, katanya, adalah perilaku yang tidak baik, sama halnya dengan bersin tanpa menutupinya dengan tangan atau sapu tangan.

Sumber: Tabloid Senior

0 Comments:

Post a Comment

<< Home